Pengaruh Penggunaan Alat Penentu Titik Referensi Pengukuran T2 pada Tera/Tera Ulang Tangki Ukur Mobil

 66x dilihat

Tangki Ukur Mobil merupakan suatu jenis tangki yang digabungkan dengan sebuah kendaraan sehingga tangki ukur ini bisa dipindahkan dari satu tempat ke tempat lainnya dengan mudah. Berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 67 Tahun 2018 tentang Alat-Alat Ukur, Takar, Timbang, dan Perlengkapannya Yang Wajib Ditera dan Ditera Ulang, TUM merupakan termasuk UTTP yang wajib ditera / tera ulang setiap dua tahun sekali. Dalam pengujian TUM, pengukuran tinggi permukaan cairan dari dasar kompartemen (T2) merupakan salah satu pengujian yang harus dilakukan. Bidang Metrologi Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Banyumas telah menggunakan alat bantu berupa Alat Penentu Titik Referensi Pengukuran dalam melaksanakan pengukuran T2. Alat ini berfungsi agar setiap Penera ketika melakukan pengukuran T2 memiliki titik referensi yang sama.

Alat Penentu Titik Referensi pengukuran T2 sudah digunakan di Bidang Metrologi Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Banyumas sejak awal tahun 2018. Akan tetapi selama ini masih belum ada yang melakukan penelitian mengenai pengaruh penggunaan Alat Penentu Titik Referensi apabila dibandingkan dengan pengukuran tanpa menggunakan alat bantu tersebut.

Alat Penentu Titik Referensi

Alat Penentu Titik Referensi adalah sebuah alat yang berfungsi untuk menentukan titik referensi ukur dari penggunaan tongkat ukur pada pengujian Tangki Ukur Mobil di Bidang Metrologi Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Banyumas [2]. Alat ini digunakan bersamaan dengan tongkat ukur untuk pengukuran ketinggian cairan ke dasar kompartemen (T2) pada pengujian TUM. Tongkat Ukur sendiri merupakan alat ukur panjang yang biasanya digunakan untuk mengukur suatu kedalaman cairan di dalam tangki dengan cara memasukkan tongkat yang skala pembacaannya telah diberi pasta khusus yang akan berubah warna jika terkena cairan. Penunjukan pengukuran kedalaman dari tongkat ukur akan terlihat di garis perbatasan antara pasta yang berubah warna akibat terkena cairan dan pasta yang tidak berubah warna karena tidak terkena cairan.

Alat ini terdiri dari 5 kaki yang berfungsi untuk mencengkeram manhole sehingga pada saat digunakan alat ini dalam keadaan tetap, kemudian di bagian pusat dari 5 kaki pencengkeram ini terdapat sebuah lubang lingkaran yang bentuknya menyerupai pipa dan yang memiliki diameter 25 mm agar tongkat ukur nantinya bisa dimasukkan kedalamnya. Lubang lingkaran inilah yang nantinya akan digunakan sebagai titik referensi pengukuran jarak dari permukaan cairan ke dasar kompartemen dengan memasukkan sebuah tongkat ukur ke dalamnya. Adanya titik referensi ini memungkinkan semua penera memiliki titik pengukuran yang sama dalam melakukan pengujian tera/tera ulang TUM.

Alat Penentu Titik Referensi memiliki 5 kaki pencengkeram yang berbeda panjangnya. Hal inilah yang membuat Alat Penentu Titik Referensi dalam penggunaannya juga diatur cara peletakannya. Cara meletakkan Alat Penentu Titik Referensi adalah dengan cara menempatkan kaki pencengkeram yang memiliki jarak kaki paling pendek sejajar dengan posisi indeks nominal. Cara peletakan ini juga diatur karena konstruksi dari Alat Penentu Titik Referensi memiliki konstruksi lubang yang tidak tepat di tengah alat sehingga j ika diletakkan secara acak dapat menyebabkan titik referensi menjadi berbeda. Gambar 1 memperlihatkan cara pemasangan Alat Penentu Titik Referensi pengukuran T2. Panah merah dengan huruf a harus sejajar dengan indeks nominal TUM.

Gambar 1. cara pemasangan Alat Penentu Titik Referensi pengukuran T2.

Akurasi dan Presisi

Akurasi didefinisikan sebagai kedekatan antara nilai hasil pengukuran dengan nilai sebenarnya (referensi) yang diterima, sedangkan presisi didefinisikan sebagai kedekatan nilai tiap hasil pengukuran independen yang diperoleh di bawah kondisi yang sama [3]. Gambar 2 memperlihatkan gambaran akurasi dan presisi.

Gambar 2. Ilustrasi akurasi dan presisi (a) tidak akurat dan tidak presisi (b) akurat (c) presisi

Hasil pengukuran yang akurat dan presisi dapat dilihat dari sebuah perhitungan melalui data-data yang telah diperoleh dalam pengukuran. Adapun rumus yang digunakan untuk mengetahui nilai akurasi dan presisi antara lain:

Pengukuran T2 tanpa menggunakan Alat Penentu Titik Referensi

Pengukuran ketinggian permukaan cairan dari dasar TUM (T2) tanpa menggunakan Alat Penentu Titik Referensi dilakukan dengan cara memasukkan tongkat ukur ke dalam TUM dengan beberapa titik referensi yang berbeda oleh Penera. Titik referensi yang berbeda ini didasarkan dari posisi indeks nominal. Dalam pengujian ini diambil empat (4) titik pengujian yang berbeda yaitu di sebelah kiri indeks (posisi 1), di sebelah kanan indeks (posisi 2), tepat di depan indeks (posisi 4), dan di tengah-tengah lubang TUM (posisi 3). Posisi 4 berjarak sama dengan letak pipa pengarah pada Alat Penentu Titik Referensi. Gambar 2 memperlihatkan gambaran titik pengukuran ketinggian permukaan cairan dari dasar TUM.

Gambar 3. Posisi pengukuran T2 tanpa menggunakan Alat Penentu Titik Referensi

Pengukuran T2 dilakukan 5 (lima) kali untuk masing- masing posisi pengukuran. Pengukuran dilakukan oleh Penera. Dari pengukuran T2 yang dilakukan di keempat titik tersebut diperoleh data seperti terlihat pada Tabel 1.

No.Posisi PengukuranHasil Pengukuran T2 (mm)
1116591660166016611660
2216631663166216631663
3316621663166216631662
4416611661166216611662
Tabel 1. Data hasil pengukuran T2 tanpa menggunakan Alat Penentu Titik Referensi

Pengukuran T2 menggunakan Alat Penentu Titik Referensi

Pengukuran ketinggian permukaan cairan dari dasar TUM (T2) dengan menggunakan Alat Penentu Titik Referensi dilakukan dengan memasukkan Tongkat Ukur ke dalam TUM melalui pipa pengarah pada Alat Penentu Titik Referensi. Pengambilan data pada pengukuran ini dilakukan oleh pengukur yang berbeda yaitu pengukur terlatih (Penera) dan pengukur yang tidak terlatih (Mahasiswa Akademi Metrologi dan Instrumentasi). Pengukuran T2 oleh masing-masing pengukur dilakukan 5 (lima) kali. Tabel 2 memperlihatkan data hasil pengukuran T2 menggunakan Alat Penentu Titik Referensi.

No.PengukurHasil Pengukuran T2 (mm)
1.Penera16621662166216621662
2.Mahasiswa Akademi Metrologi dan Instrumentasi16621662166216621663
Tabel 2. Data hasil pengukuran T2 menggunakan Alat Penentu Titik Referensi

ANALISIS DATA HASIL PENGUJIAN

Perbandingan pengukuran T2 dengan dan tanpa menggunakan Alat Penentu Titik Referensi pada pengukur yang sama

Dari hasil pengukuran T2 dengan dan tanpa menggunakan Alat Penentu Titik Referensi pada pengukur yang sama (Penera) diperoleh data seperti terlihat pada Tabel 3.

No.Posisi PengukuranHasil Pengukuran T2 (mm)Rerata (mm)Standar Deviasi (mm)
1.1165916601660166116601660,00,707
2.2166316631662166316631662,80,447
3.3166216631662166316621662,40,548
4.4*166116611662166116621661,40,548
5.Menggunakan Alat Penentu Titik Referensi166216621662166216621662,00,000
Tabel 3. Data perbandingan hasil pengukuran T2 dengan dan tanpa menggunakan Alat Penentu Titik Referensi.

Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa hasil rata-rata pengukuran tanpa menggunakan Alat Penentu Titik Referensi memiliki hasil yang berbeda di setiap titiknya. Perbedaan terbesar pada hasil pengukuran terlihat pada pengukuran yang dilakukan di posisi 1 (kiri indeks) dan posisi 2 (kanan indeks). Selisih hasil rata-rata pengukuran di kedua titik ini mencapai 2,8 mm. Selain itu hasil pengukuran T2 tanpa menggunakan Alat Penentu Titik Referensi memiliki nilai standar deviasi paling kecil sebesar 0,447 pada posisi 2. Ini artinya bahwa terdapat perbedaan hasil pengukuran antara satu pengukuran dengan pengukuran lainnya.

Pada pengukuran ketinggian permukaan cairan dengan menggunakan Alat Penentu Titik Referensi diperoleh hasil rata pengukuran 1.622 mm dengan standar deviasi 0. Pengukuran T2 menggunakan Alat Penentu Titik Referensi memberikan nilai pengukuran yang sama pada kelima hasil pengujian. Ini artinya bahwa penggunaan Alat Penentu Titik Referensi mempunyai memberikan hasil dengan repeatability yang baik.

Pengukuran T2 tanpa menggunakan Alat Penentu Titik Referensi pada posisi 4 (jarak yang sama dengan titik referensi pipa pengarah Alat Penentu Titik Referensi) memberikan hasil rata-rata sebesar 1.661,4 mm dengan dengan deviasi sebesar 0,548. Jika dibandingkan, pengujian dengan menggunakan Alat Penentu Titik Referensi mempunyai nilai repeatability yang lebih baik dan terdapat selisih hasil pengukuran sebesar 0,6 mm dengan pengukuran T2 tanpa menggunakan Alat Penentu Titik Referensi.

Dari hasil perbandingan tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunaan Alat Penentu Titik Referensi memberikan hasil pengukuran berulang (repeatability) yang lebih baik. Hal ini dikarenakan penggunaan Alat Penentu Titik Referensi membuat pengukur selalu mendapatkan titik referensi yang sama dan arah tongkat yang selalu tegak lurus dengan dasar tangki.

Perbandingan pengukuran T2 pada pengukur yang berbeda menggunakan Alat Penentu Titik Referensi

Pada pengukuran ketinggian permukaan cairan T2 dengan menggunakan Alat Penentu Titik Referensi yang dilakukan pengukuran oleh dua orang yang berbeda yaitu Penera dan Mahasiswa Akademi Metrologi dan Instrumentasi. Tabel 4 memperlihatkan data hasil pengukuran T2 menggunakan Alat Penentu Titik Referensi.

No.PengukurHasil Pengukuran T2 (mm)Rerata (mm)Standar Deviasi (mm)
1.Penera166216621662166216621662,00,000
2.Mahasiswa Akademi Metrologi dan Instrumentasi166216621662166216631662,20,447
Tabel 4. Data perbandingan hasil pengukuran T 2 menggunakan Alat Penentu Titik Referensi pada pengukur yang berbeda

Hasil dari rata-rata pengukuran ketinggian cairan menggunakan Alat Penentu Titik Referensi yang dilakukan oleh Penera adalah 1.622,0 mm sedangkan hasil rata-rata pengukuran yang dilakukan oleh Mahasiswa Akademi Metrologi dan Instrumentasi adalah 1.622,2 mm. Selisih rata-rata hasil pengukuran tidak terlalu jauh berbeda yaitu hanya 0,2 mm, padahal pengukuran dilakukan oleh pengukur yang terlatih (Penera) dan yang tidak terlatih (Mahasiswa Akademi Metrologi dan Instrumentasi).

Hal ini menunjukkan bahwa pengukuran T2 menggunakan Alat Penentu Titik Referensi membuat hasil pengukuran memiliki rentang data yang sempit (mempunyai repeatability baik), baik untuk pengukuran yang dilakukan oleh pengukur terlatih yaitu Penera ataupun pengukur yang tidak terlatih yaitu Mahasiswa Akademi Metrologi dan Instrumentasi.

Perbandingan tingkat akurasi dan presisi pengukuran T2 dengan dan tanpa menggunakan Alat Penentu Titik Referensi

Tabel 5 dan Tabel 6 memperlihatkan hasil pengolahan data perhitungan akurasi dan presisi dari data pengukuran T2 dengan dan tanpa menggunakan Alat Penentu Titik Referensi. Perhitungan pada tabel 5 dilakukan terhadap 20 data dari 4 posisi pengukuran sedangkan perhitungan pada tabel 6 dilakukan terhadap 10 data dari dua orang pengukur. Nilai xref diperoleh dari nilai T2 yang dimasukkan kedalam SKHP yaitu 1.662 mm.

Posisi PengukuranHasil Pengukuran T2 (x)Rerata
1165916601660166116601660
2166316631662166316631662,8
3166216631662166316621662,4
4166116611662166116621661,4
Rerata di seluruh titik1661,6
Standar deviasi1188
Deviasi rata-rata0,98
% error0,024
Akurasi99,976
Presisi99,020
Tabel 5. Nilai akurasi dan presisi pengukuran T2 tanpa menggunakan Alat Penentu Titik Referensi

PengukurHasil Pengukuran T2 (mm)Rerata (mm)
Penera166216621662166216621.662,0
Mahasiswa Akmet166216621662166216631.662,2
Rerata1.662,1
Standar deviasi0,316
Deviasi rata-rata0,18
% error0,006
Akurasi99,994
Presisi99,820
Tabel 6. Nilai akurasi dan presisi pengukuran T2 menggunakan Alat Penentu Titik Referensi

Dari Tabel 5 dan 6 terlihat jika nilai presisi dari pengukuran T2 menggunakan Alat Penentu Titik Referensi lebih tinggi daripada nilai presisi dari pengukuran T2 tanpa menggunakan Alat Penentu Titik Referensi. Tingkat presisi dari pengukuran T2 menggunakan Alat Penentu Titik Referensi mencapai nilai 99,82% sedangkan tingkat presisi dari pengukuran T2 tanpa menggunakan Alat Penentu Titik Referensi hanya berkisar 99,02%.

Tingkat akurasi dari pengukuran T2 menggunakan Alat Penentu Titik Referensi mencapai nilai 99,994% sedangkan akurasi dari pengukuran T2 tanpa menggunakan alat penentu titik referensi hanya mencapai tingkat akurasi 99 , 976 %. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan Alat Penentu Titik Referensi dalam pengukuran ketinggian permukaan cairan dari dasar kompartemen (T2) menggunakan Alat Penentu Titik Referensi dapat meningkatkan presisi dan akurasi dari pengukuran T2 yang dilakukan.

Kesimpulan

Dari hasil perhitungan dan analisis yang dilakukan terhadap pengaruh penggunaan Alat Penentu Titik Referensi pada tera ulang tangki ukur mobil metode penakaran masuk, dapat diambil kesimpulan bahwa:

  1. Pengukuran T2 dengan menggunakan Alat Penentu Titik Referensi memiliki rata-rata hasil pengujian sebesar 1662,1 mm sedangkan pengukuran T2 tanpa menggunakan Alat Penentu Titik Referensi (di 4 titik uji) memiliki rata-rata hasil pengujian sebesar 1661,6 mm dengan selisih sebesar 0,5 mm meskipun dilakukan oleh pengukur yang sama.
  2. Pada posisi 4, pengukuran T2 tanpa menggunakan Alat Penentu Titik Referensi memberikan nilai rata-rata sebesar 1.661,4 mm dengan dengan deviasi sebesar 0,548 sedangkan pengujian dengan menggunakan Alat Penentu Titik Referensi mempunyai nilai nilai rata-rata sebesar 1.662 mm dengan dengan deviasi sebesar 0.
  3. Pengukuran T2 dengan menggunakan Alat Penentu Titik Referensi dengan pengukur yang berbeda memiliki selisih pembacaan yang kecil yaitu sebesar 0,2 mm.
  4. Penggunaan Alat Penentu Titik Referensi dalam pengukuran T2 membuat pengukuran yang dilakukan memiliki persebaran data yang sempit sehingga dapat menghasilkan pengukuran yang lebih akurat dan presisi.
  5. Pengukuran T2 dengan menggunakan Alat Penentu Titik Referensi memiliki tingkat Akurasi dan Presisi yang lebih tinggi dibandingkan pengukuran T2 tanpa menggunakan Alat Penentu Titik Referensi.

Daftar Pustaka

  1. Surat Keputusan Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri No. 34 Tahun 2010 tentang Syarat Teknis TUM.
  2. Yudianto, Agus Dani dan Daffa Ahsanul Fikri. "Alat Penentu Titik Referensi Pengukuran T2 pada Tera/Tera Ulang Tangki Ukur Mobil di Bidang Metrologi Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Banyumas". Majalah Insan Metrologi Volume 6 Edisi 1 Tahun 2022 pp 27-29. Pusat Pengembangan Sumber Daya Kemetrologian. Kementerian Perdagangan RI. Jakarta. 2022.
  3. ISO 5725-1 1994 General Principles and definitions. International Organization on Standardization (ISO). 1994.